Cara-cara Berpikir Kreatif

Ok... kalo sebelumnya kita sudah tahu beberapa teknik berpikir kreatif, maka kali ini kita bakal melihat cara dan teknik berpikir kreatif lainnya. Teknik berikutnya yang bisa kita gunakan untuk melatih pikiran agar lebih kreatif dalam mencari pemecahan masalah adalah dengan mengajukan pertanyaan.

Yep, mengajukan pertanyaan alias bertanya pada diri sendiri. Apa yang harus ditanyakan? Pertanyaan itu bisa berupa apa saja. Kita olang juga bisa menggunakan 6 kata universal yang biasa diajukan oleh para manusia di bumi saat, ingin mengetahui sesuatu. Yaitu, apa, dimana, kapan, bagaimana, mengapa, dan siapa.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, itu akan melatih dan memaksa otak kita untuk mencari jawaban. Dengan terus bertanya dan bertanya, lalu berusaha mencari solusinya, pikiran kita akan terangsang dan terbiasa untuk mencari dan menciptakan solusi yang ingin kita temukan, betul?

Lalu, selain dengan mengajukan pertanyaan, cara apa lagi yang bisa kita gunakan untuk melatih agar otak lebih kreatif dalam mencari solusi? Yaitu dengan cara berlatih untuk berpikir secara berseberangan atau berlawanan. Berpikir berseberangan? Maksudnya mencoba berpikir dengan melihat masalah dari berbagai sisi atau sudut pandang.

Sebagai contoh, katakanlah si Budi ingin terus ber-internet sesering dan selama yang dia mau. Rupanya si Budi ini mulai kecanduan dengan internet. Tapi Budi punya masalah, yaitu dana yang terbatas. Dana yang terbatas itu membatasi si Budi, dan membuatnya sangat tidak puas. Budi ingin mencari solusinya. Apa yang bisa dilakukan oleh si Budi?

  1. Menangis.
  2. Merengek.
  3. Mengeluh, atau
  4. Merajuk.

Sebagai orang yang kreatif, tentu si Budi tidak akan menggunakan satupun dari pilihan diatas. Sebagai orang yang kreatif, si Budi lebih memilih untuk mencari solusi lainnya. Misalnya dengan bertanya kepada orang lain. Dan saat mengajukan pertanyaan itu, si Budi akan mendapatkan berbagai macam tanggapan.

Beberapa orang akan menganjurkan si Budi untuk mencari pekerjaan yang bisa memberikannya penghasilan tambahan. Beberapa orang lainnya, akan menganjurkan si Budi untuk mencari kegiatan yang bisa menghasilkan uang dari internet. Lalu, ada juga yang menganjurkannya untuk mencari akses internet yang gratisan.

Tapi tidak sedikit pula yang membujuknya untuk berhenti bermain-main di internet, dan mulai mencari kegiatan yang lebih produktif, edukatif, eksekutif, tanpa harus menjadi tukang intif. Nah, setelah mendapatkan beberapa pilihan itu, si Budi mulai menilai, menimbang, dan memikirkankannya dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Si Budi juga bisa mengarahkan pikirannya secara spesifik, untuk mendapatkan solusi yang disukainya. Misalnya, si Budi tidak menyukai pilihan yang memaksanya untuk mencari pekerjaan tambahan, atau berhenti ber-internet. Berarti dia harus memfokuskan pikirannya, untuk mencari cara yang bisa menghindarkannya dari pilihan tersebut.

Atau, si Budi bisa mengarahkan pikirannya untuk mencari solusi yang lebih bersifat umum dan general. Itu artinya, si Budi siap untuk menerima segala macam bentuk solusi. Termasuk memikirkan cara untuk membuatnya berhenti ber-internet. Atau mencari-cari cara yang bisa membuatnya membenci dan ogah ber-internet.

Cara berpikir kreatif lainnya? Budi bisa menggunakan teknik yang disebut dengan Six Thinking Hats. Teknik ini diperkenalkan oleh Dr. de Bono di awal tahun 1980-an. Teknik ini sebenarnya mirip dengan teknik berpikir secara berseberangan tadi. Teknik ini menganjurkan Budi untuk menggunakan 6 sisi atau sudut pandang. Yaitu:

  • White Hat thinking - Pada sisi ini, Budi disuruh berpikir dan mencari solusi dengan melibatkan data, fakta, kemampuan, dan kendala yang ada. Pada mode ini, Budi mengerahkan pikiran dengan menggunakan semua logika yang ada.
  • Red Hat thinking - Pada sisi ini, si Budi lebih mengutamakan insting, perasaan, dan emosinya. Mode ini membuat si Budi ebih mengutamakan insting dan perasaannya, ketimbang fakta-fakta, dan kenyataan yang ada.
  • Black Hat thinking - Ini adalah sisi penilaian dan peringatan. Dan sisi ini adalah yang paling bernilai. Sisi ini tidak boleh diartikan secara negatif. Pada sisi ini, si Budi mulai berpikir untuk mencari alasan mengapa suatu solusi tidak cocok dengan kondisi dan situasinya saat ini. Pada tahap ini, Si Budi mulai menggunakan logikanya lagi.
  • Yellow Hat thinking - Pada sisi ini, si Budi mulai mencoba melihat solusi yang dipunyainya dari sisi yang lebih positif. Pada tahap ini, pikiran Budi diarahkan untuk mencari alasan mengapa suatu solusi akan mendatangkan lebih banyak keuntungan, dan cocok dengan kondisi dan situasi saat ini.
  • Green Hat thinking - Sisi ini mulai melibatkan kreatifitas dari si Budi. Pada tahap ini, si Budi mengarahkan pikirannya untuk mencari dan menemukan berbagai solusi alternatif, dari solusi yang sudah ada.
  • Blue Hat thinking - Pada sisi atau tahap ini, si Budi mencoba menilai dan menyimpulkan semua proses pemikiran yang telah dilakukannya. Pada tahap ini, si Budi mencoba untuk menilai dan mempertimbangkan sisi-sisi mana lagi yang masih perlu diperhatikan.

So, itu tadi gambaran secara singkat mengenai teknik Six Thinking Hats. Konon, perusahaan-perusahaan seperti Prudential Insurance, IBM, Federal Express, British Airways, Polaroid, Pepsico, DuPont, dan Nippon Telephone and Telegraph, juga menggunakan teknik Six Thinking Hats ini untuk mencari solusi yang kreatif.

Masih belum puas? Masih ingin tahu cara lain agar bisa berpikir lebih kreatif? Cara lain yang bisa digunakan si Budi adalah dengan mengamalkan Prinsip Penghentian, atau orang barat menyebutnya dengan The Discontinuity Principle. Maksudnya? Yaitu menghentikan atau mengubah kebiasaan. Mengapa? Untuk apa?

Cara dan teknik ini digunakan untuk memancing kita agar memikirkan, mencari, dan menemukan solusi yang lebih bervariasi. Yaitu dengan cara melakukan hal-hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan. Misalnya dengan cara membaca buku, ebook, blog, atau situs-situs yang berbeda dari biasanya.

Kenapa harus berbeda? Sebab, semakin sering melakukan sesuatu, semakin susah pula otak untuk terangsang memikirkannya. Contohnya? Cobalah untuk membaca artikel ini berulang-ulang. Saat pertama membacanya, mungkin akan terasa sangat menarik dan fantastik, serta futuristik, bercampur unsur mistik, syirik.

Tapi, semakin sering dibaca, kau akan mulai mengalami berbagai gejala. Seperti, mata perih, bibir kering, kaki kesemutan, pinggang pegel, punggung ngilu, perut mual, kulit pecah-pecah, keseleo, amandel, kencing manis, badan mati sebelah, darah tinggi, susah tidur, dan susah buang air besar. Intinya, otak mu mulai malas untuk berpikir. Otak mu mulai memikirkan hal-hal yang jorok dan tak masuk diakal, betul?

Jadi begitulah, The Discontinuity Principle digunakan dengan tujuan untuk merangsang otak agar terus berpikir secara lebih aktif, bukan reaktif, atau pasif, apalagi naif. So, sampai disini, berarti sudah beberapa cara dan teknik berpikir kreatif tambahan yang kita ketahui. Apa masih ada lagi?

Buanyak, sangat buanyak. Kita ga perlu takut kehabisan cara jadi kreatif. Ada buanyak sekali cara yang bisa ditemukan. Kita cuma perlu lebih kreatif agar menemukannya, betul? So, kreatiflah wahai Budi, jangan lupa untuk ikut bergabung dan menjadi subsriber dari blog ini. Wasallam.