Kurang Tidur dan Energy

Akhhh.... kenapa ya... aku sering merasa ngantuk, lesu, lemah, letih, tidak bergairah, kurang bersemangat, dan malas untuk beraktivitas? Terutama kalo malemnya tidur terlalu larut. Apa mungkin disebabkan kerena waktu tidur yang kurang? Kata orang, manusia umumnya membutuhkan 8 jam sehari untuk tidur. Lalu, kalo kurang dari itu?

Katanya sih, akan mulai timbul masalah. Contohnya itu tadi, lesu, ngantuk, malas, dan tidak bersemangat alias kurang energy. Tapi kenapa ya, walau sudah tidur 8 jam sekalipun, masih tetep aje merasa lesu? Apa mungkin karena kebiasaan aja kali ya? Mungkin karena sudah terbiasa males, jadi bawaannya ingin males-malesaaa..n terus.

Atau mungkin bukan kuantitas tidurnya saja yang penting, tapi juga kualitas. Tidur yang berkualitas, maksudnya? Apakah yang dimaksud dengan tidur berkualitas itu dilihat dari kualitas mimpi-mimpinya?

Atau kualitas kasur, bantal, selimut, dan sprei-nya barangkali? Atau mungkin juga kualitas tidur itu diukur dari seberapa berkualitas orang yang diajak tidur? Eh koq... jadi tambah ngacou nih, mending cari tahu dari yang memang ahlinya.

Dari sang ahli ini, kita bakal tahu berapa banyak seharusnya kita tidur. Apakah harus 8 jam sehari? Bagaimana kalo kurang? Apa yang terjadi saat kita tidur? Apa ada tahap-tahapnya? Apa pengaruhnya terhadap kesehatan? Dan yang terpenting, bagaimana cara mendapatkan tidur yang berkualitas? Ingin tahu juga jawabannya? Nyok sama-sama kita pelajari.

Menurut buku yang ditulis oleh orang yang ahli tidur ini, teori yang mengatakan bahwa manusia itu seharusnya tidur tidak kurang dari 8 jam sehari... ternyata tidak selalu benar. Teori itu semakin meragukan, karena banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang hanya tidur 4-5 jam sehari, bisa tetap sehat, energik, dan tidak terlihat seperti orang yang kurang tidur.

Jadi pertanyaannya sekarang bukan lagi berapa banyak seharusnya kita tidur. Melainkan, apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kualitas tidur kita. Dan, berapa lama tidur yang berkualitas itu diperlukan. Serta, apakah dengan meningkatkan kualitas tidur, berarti akan meningkat pula tingkat energy yang kita dapat.

Sebelum kita bisa menjawab itu, akan lebih baik jika kita mengetahui dulu, apa sebenernya yang dimaksud dengan tidur yang berkualitas itu. Begini ceritanya... sebelum memasuki abad ke 20, manusia masih percaya bahwa saat kita tertidur, berarti pikiran kita ikut tidur, alias berhenti berpikir, dan aktivitas otak kita makin berkurang.

Akan tetapi, however, berkat kegigihan para scientist, akhirnya mereka berhasil menemukan fakta yang sebenarnya. Fakta yang sangat bertolak belakang dengan kepercayaan sebelumnya. Fakta itu menunjukkan bahwa, justru saat kita tertidur itulah, aktivitas otak kita semakin meningkat. Mengejutkan bukan?

Aku sendiri sangat terkejut-kejut saat mengetahui fakta ini. Aku baru sadar, bahwa selama ini ternyata telah mempercayai informasi yang salah. Kasian ya aku. Tapi untunglah, berkat internet aku jadi bisa meluruskannya. Nah, biar lebih paham lagi mengenai apa sebenarnya tidur itu, yok kita lanjutin.

Menurut buku ini, sebelum kita benar-benar paham dengan yang dimaksud dengan tidur itu, akan lebih baik jika kita mengetahui dulu mekanisme dan tahap-tahap yang terjadi. Tahap itu terbagi menjadi 5 bagian. Yaitu:

  • Sadar sepenuhnya - Sebelum kita bisa tertidur, terlebih dulu kita harus berada dalam kondisi terjaga, alias tidak tidur (kalo itu sih, anak kecil juga tahu). Pada kondisi ini, aktivitas otak kita sedang berada pada level yang sangat tinggi. Level aktivitas otak ini biasa disebut Beta Brain Waves.
  • Kondisi tidur tahap 1 - Sadar atau tidak, sebenanya kita sering mengalami kondisi tidur tahap ini. Contohnya saat kita merasa bosan, malas, kemudian mengantuk. Misalnya saat mendengarkan kuliah, pidato, ceramah, atau bahkan mendengarkan orang yang bercerita tentang penghasilannya, serta beberapa hal membosankan lainnya.

Pada kondisi ini, aktivitas otak kita sedang berada dalam level yang agak menurun. Level ini biasa juga disebut dengan Alpha Brain Waves, bahkan mencapai Theta Brain Waves. Pada kondisi ini, aktivitas tubuh terasa rilex, detak jantung menurun, dan pikiran melayang-melayang. Kita bisa menyebut kondisi ini sebagai pintu untuk memasuki alam tidur.

  • Kondisi tidur tahap 2 - Pada kondisi ini, aktivitas otak kita mengalami penurunan aktivitas yang drastis. Walau begitu, pada kondisi ini kita sebenarnya masih dalam kondisi terjaga. Bahkan, dari beberapa hasil penelitian, beberapa orang yang berada pada kondisi ini masih tetap bisa berkata bahwa dia tidak tertidur.
  • Kondisi tidur tahap 3 & 4 (tertidur lelap) - Selama tahap ini, aktivitas otak kita mencapai level yang paling rendah. Level ini biasa disebut dengan Delta Brain Waves. Sedangkan aktivitas pikiran kita berpindah antara level theta dan delta. Dalam dua kondisi inilah, kita benar-benar dianggap tertidur.

Dan saat kita telah mencapai tahap ini, tekanan darah, pernapasan, dan detak jantung menurun drastis hingga mencapai level yang terendah. Pada kondisi ini pula, tubuh kita mulai bekerja untuk memperbaiki sel-selnya.

  • Kondisi tidur tahap 5 (peralihan) - Tahap ini disebut sebagai tahap yang paling menarik, sebab para ilmuwan masih belum menemukan fungsi sebenarnya dari tahap ini. Kondisi atau tahap 5 ini biasa juga disebut dengan Rapid Eye Movement. Kenapa disebut seperti itu?

Karena, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nathaniel Kleitman di awal tahun 50-an, orang yang berada pada kondisi ini, matanya bergerak dengan sangat cepat ke semua arah. Dan dari penelitian itu juga didapat bahwa orang yang terbangun dari kondisi ini, 95% mengatakan bahwa mereka sedang bermimpi.

Itulah mengapa tahap ini juga disebut sebagai tahap mimpi (dream sleep). Karena para ilmuwan itu percaya, pada tahap inilah sebagian besar kita mulai bermimpi. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi saat kita berada pada tahap ini?

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, sangat masuk akal jika kita mempercayai bahwa aktivitas otak kita mengalami penurunan yang drastis saat kita mencapai tahap ini. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah kebalikannya. Yaitu, aktivitas otak kita mengalami peningkatan yang sangat drastis.

Aktivitas ini mencapai level yang sama tingginya dengan saat kita terjaga sepenuhnya. Hal itulah yang menjelaskan kenapa mimpi-mimpi yang kita alami itu sepertinya benar-benar nyata. Sebab, otak kita sulit membedakannya, karena otak kita sedang berada pada level yang sama dengan saat kita terjaga.

Tapi ada satu hal yang aneh, apa itu? Kita semua pernah mengalami mimpi, betul? So? Tapi kenapa, tidak semua orang bisa mengingat apa yang dimimpikannya? Menurut mu, ini aneh tidak? Ingin tahu jawabannya? Ingin tahu cara bagaimana agar kamu bisa mengingat mimpi-mimpi mu? Tunggu kelanjutan kisahnya!!!