Hasrat - Modal Awal Untuk Kaya
Apa yang pertama diperlukan oleh seseorang yang kepingin kaya? Apakah uang, warisan, pekerjaan, pacar, teman, suami atau istri dari keturunan orang kaya? Nope, melainkan hasrat. Benarkah? Setidaknya itu yang dikatakan oleh Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich. Hill menyebutnya sebagai Burning Desire.
Kalo dipikir-pikir, betul juga apa yang dikatakan oleh Napoleon Hill ini. Coba kita pikir, tanpa hasrat, rasanya kita malas untuk mengerjakan apapun. Hasratlah yang membuat kita jadi semangat. Hasratlah yang membuat kita rela melakukan segala yang diperlukan, demi tercapainya tujuan, betul begitu?
Dalam bukunya, Hill bercerita tentang seseorang yang telah membuktikan kekuatan dan keampuhan dari sebuah hasrat yang membara. Ceritanya begini... Edwin C. Barnes punya hasrat yang kuat untuk menjadi partner bisnis dari Thomas A. Edison. Tapi untuk mewujudkannya, ternyata tidak semudah yang diharapkan. Emang apa masalahnya?
Saat itu Barnes tidak mengenal Edison. Barnes bahkan tidak punya duit buat ongkos dan menemui Edison di Orange, New Jersey. Tapi karena hasratnya begitu kuat, si Barnes ini akhirnya tetep nekat dan berangkat menemui Edison. Singkat cerita, sampailah Barnes di laboratorium Edison, lalu menyampaikan keinginannya. Apakah Edison langsung menerimanya?
Nope, melihat kondisi Barnes yang lebih mirip gelandangan, saat itu Edison tidak langsung mengabulkan permintaan Barnes untuk menjadi partnernya. Edison tidak mengijinkan Barnes untuk bekerja di kantornya. Edison, hanya mau menawarkan pekerjaan yang tidak terlalu berarti kepada Barnes. Lalu, apakah hal itu membuat Barnes jadi frustasi, rendah diri, dan mengakhiri mimpi-mimpi?
Nope, Barnes ternyata bukan orang yang mudah menyerah. Dia tahu betul apa yang diinginkannya, hasratnya. Dan dia siap memberikan segala yang dia punya, demi mendapatkan satu kesempatan untuk mewujudkan hasratnya itu. Penolakan pertama yang di dapatnya dari Edison, tidak dianggapnya sebagai kegagalan, melainkan kesempatan. Kesempatan?
Yup, kesempatan untuk menunjukkan siapa dia sebenarnya. Kesempatan untuk menunjukkan kekuatan yang dimilikinya, kepada calon partner bisnisnya, Mr. Edison. So, Barnes menerima tawaran Edison, dan mulai bekerja. Waktu pun berlalu, bulan demi bulan terlewati, namun kesempatan tak kunjung mendekati. Apakah hal itu membuat Barnes jadi patah hati dan kehilangan hasratnya?
Ma'af, lagi-lagi kau salah teman. Waktu demi waktu yang terlewati, tidak menyurutkan hasratnya. Malah membuatnya semakin tahu dan mengerti. Dia tahu, bahwa saat pertama hasrat itu datang, dia belum siap. Dan itulah, yang menyebabkan penolakan Edison. Barnes akhirnya sadar, bahwa dia perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik, agar saat kesempatan itu benar-benar datang, dia telah benar-benar siap untuk memanfaatkannya.
Dan ternyata dia benar. Kesempatan itu akhirnya benar-benar datang. Kesempatan itu datang saat Edison baru selesai menyempurkan penemuan terbarunya, yaitu sebuah Dictating Machine atau dikenal juga sebagai Ediphone. Alat ini dibuat oleh Edison dengan tujuan untuk membantu pekerjaan di perkantoran. Lalu?
Para salesman Edison merasa tidak yakin bahwa alat ini bisa terjual dengan mudah. Dan karenanya, para salesman itu merasa malas untuk memasarkan penemuan baru dari Edison tersebut. Mengetahui hal ini, Barnes merasa bahwa inilah kesempatan yang telah lama ditunggu-tunggu. Lalu dia menawarkan diri untuk menjual penemuan Edison tersebut. Apakah dia berhasil?
Yep, bukan hanya berhasil, Barnes malah sangat berhasil. Keberhasilan itulah yang akhirnya membuat Barnes berhasil mendapatkan kontrak dari Edison, untuk memasarkan penemuannya keseluruh penjuru negeri. Dan apa itu artinya adik-adik? Itu artinya si Barnes ini telah menjadi partner bisnis dari si Edison. Dan itu artinya? Barnes telah berhasil mewujudkan hasratnya.
Nah... adik-adik, kira-kira... pesan moral apa yang bisa kita ambil dari kisah si Barnes ini? Ingin tahu apa yang dikatakan oleh Napoleon Hill? Berikut ini petikannya:
When the opportunity came, it appeared in a different form, and from a different direction than Barnes had expected. That is one of the tricks of opportunity. It has a sly habit of slipping in by the back door, and often it comes disguised in the form of misfortune, or temporary defeat. Perhaps this is why so many fail to recognize opportunity.
Yang kalo boleh a'a artiken menjadi:
Saat kesempatan datang, dia mungkin muncul dalam bentuk dan arah yang berbeda, dengan yang diharapkan. Ini adalah salah satu trik dari kesempatan. Kesempatan itu mungkin muncul dari arah yang berlawanan, dan seringkali muncul dalam bentuk yang tidak menyenangkan, baik berupa ketidak-beruntungan, penolakan, atau kekalahan yang bersifat sementara. Mungkin karena itulah, banyak diantara kita yang gagal untuk mengenalinya.
Nah... bagaimana menurut sampeyan? Hikmah apa yang bisa kalian peroleh dari kisah ini? Lalu, adakah hasrat terdalam yang ingin kau wujudkan? Bersediakah kau memberikan segala yang kau mampu, demi mendapat satu kesempatan untuk terwujudnya hasrat mu, seperti yang dilakukan Barnes? Atau mungkin kau lebih memilih untuk pasrah dan melupakan semuanya?
Ok.. Bob... berarti saat ini kita sudah dapat satu kunci untuk mencari kekayaan. Pada episode berikutnya, kita akan mencari lagi kunci-kunci lain yang masih tersembunyi di dalam buku Think and Grow Rich, yang ditulis oleh Napoleon Hill ini. Jadi... jangan kemana-mana. Tetaplah disini. Kami akan segera kembali dengan kunci-kunci berikutnya.