Sifat-sifat Seorang Pebisnis

Apa kau punya sifat inisiatif, kreatif, agresif, dan kompetitif? Apa pendapat mu tentang mengambil resiko? Adakah jiwa seorang pemimpin di dalam dirimu? Seberapa besar rasa percaya diri yang kau memiliki? Mampukah kau menjalani hidup dalam serba ketidakpastian?

Konon, untuk menjadi seorang pebisnis itu, modal yang harus disiapkan bukan hanya materi dan skill, melainkan juga mental. Yep, mental. Banyak orang yang bilang, untuk bisa bertahan dalam dunia yang penuh dengan serba ketidakpastian itu, seorang pebisnis membutuhkan persiapan mental yang cukup.

Kamu pasti sering mendengar dan melihat, begitu banyak usaha-usaha kecil yang akhirnya gulung tikar, tak lama setelah mereka menggelar tikar. Menyedihkan dan menakutkan bukan? Apa menurut mu penyebab utamanya hanya karena kurang modal dan skill? Atau ada yang lain? Persiapan mungkin?

Mind Of An Enterpreneur

Mungkin. Mungkin juga karena terlalu sibuk dan pusing mempersiapkan modal yang berupa materi dan skill, hingga lalai, mengabaikan, bahkan meremehkan urusan yang menyangkut persiapan yang berupa non-materi. Padahal konon, modal materi itu sangat susah didapat, apalagi yang non-materi. Butuh waktu dan usaha yang tidak sedikit.

Setelah membaca Cashflow Quadrant atau buku-buku yang sejenis, atau juga mendengar dan melihat orang-orang yang sukses dengan usahanya, biasanya akan segera timbul semangat yang berkobar di dalam dada, dan sangat ingin segera menjadi pebisnis untuk membuka dan menjalankan usaha sendiri.

Yep, menjadi bos dan bekerja untuk diri sendiri itu memang menawarkan lebih banyak kesenangan daripada menjadi bawahan dan bekerja untuk orang lain. Misalnya, kebebasan untuk mengatur jam kerja, beban kerja, penghasilan, jenis pekerjaan, hari libur, dan lain-lain.

Tapi yang sering tidak kita sadari, kesenangan-kesenangan itu sebenarnya malah bisa jadi bumerang yang siap memakan tuannya sendiri. Mungkin karena itulah, banyak orang yang menasehati agar kita lebih berhati-hati. Jangan cuma melihat enaknya saja. Tapi lihat juga beban yang harus dihadapi.

Nah, dalam rangka untuk berhati-hati itulah, mungkin kita perlu menilai diri dengan lebih jujur lagi. Mungkin dengan cara ini, kita jadi lebih tahu dan yakin, bahwa kita memang sudah punya mental yang cukup untuk menjadi seorang pebisnis dan memulai usaha sendiri.

Tapi, bagaimana caranya? Bagaimana caranya agar kita tahu apakah kita sudah punya mental yang cukup, untuk menjadi seorang pebisnis?

Pertanyaan-pertanyaan itu juga yang sering kami tanyakan pada diri kami sendiri. Yep, kami memang suka bertanya jawab dengan diri kami sendiri. Kami bahkan sering tertawa dan menertawakan diri kami sendiri. Entahlah, mungkin kami memang termasuk orang yang aneh.

Btw... dari hasil pencarian yang sempat kami lakukan, kami menemukan salah satu cara untuk mengetahui apa benar seseorang sudah punya mental seorang pengusaha. Yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

Tapi sebelum itu, kami mohon, jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan hati nurani yang suci dan bersih. Baik dari hadas kecil, maupun besar.

  1. Apakah kau termasuk orang yang suka memulai sesuatu?

Kami menyebutnya sebagai inisiatif. Kenapa inisiatif diperlukan?

Entahlah. Mungkin karena kebebasan itu tadi. Kalo ternyata kita terbiasa untuk di bujuk, dirayu, dipuji, disindir, diperintah, atau bahkan dipaksa dulu, baru mau melakukan sesuatu, mungkin sudah saatnya kita olang melubah sifat itu. Haiyaa... wisnis wana wisa waju, kalo tokenya kaga punya inisiatif, wetul?

  1. Apa pendapat mu tentang mengambil resiko?

Kami menyebutnya sebagai oportunis yang strategis. Kenapa?

Sebab menurut hemat kami, selain kemampuan dalam mengatur strategi, keberanian dan kesiapan untuk menanggung resiko, baik resiko yang sudah diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan sebelumnya, akan ikut menentukan apakah strategi tersebut berhasil atau tidak.

  1. Apakah kau seorang pemimpin?

Kami menyebutnya berjiwa pemimpin.

Menurut sepengetahuan kami, seorang pengusaha akan selalu dituntut untuk mampu dan piawai dalam memimpin. Terutama untuk memimpin dirinya sendiri. Jika dirinya saja sudah tidak mampu dia pimpin untuk mengerjakan hal-hal yang perlu, bagaimana mungkin dia mampu memimpin bawahannya, betul?

  1. Maukah kau hidup dari penghasilan yang tak menentu?

Kami menyebutnya finansial IQ.

Jika penghasilan tetap tapi kecil lebih menenangkan daripada penghasilan besar tapi tak menentu, mungkin kita bisa mengatasinya dengan cara belajar bagaimana mengelola keuangan dengan baik. Belajar bagaimana mempersiapkan diri mengahadapi kesempitan disaat kelapangan (sedang lapang maksudnya, red)

  1. Mampukan kau memecat seseorang yang masih sangat membutuhkan pekerjaan dari mu?

Kami menyebutnya... ma'af kami tidak tahu harus menyebutnya apa.

Menurut hemat kami (kami memang suka berhemat), keputusan ini membutuhkan keberanian dan jiwa yang besar. Berani untuk dianggap kejam, sadis, egois, bengis, materialistis, tidak berperikemanusiaan dan berperasaan, mau enak dan menang sendiri, dan tuduhan-tuduhan serta kecaman-kecaman lainnya.

Memecat seseorang yang sebenarnya masih masih sangat membutuhkan pekerjaan bukanlah keputusan yang mudah. Terlebih jika orang itu ternyata teman bahkan saudara. Terutama bila sang pengusaha bermental lemah. Sebab mungkin akan menimbulkan keresahan dan rasa bersalah yang tak berkesudahan dalam dada.

  1. Maukah kau bekerja melibihi jam kerja pada umumnya?

Kami menyebutnya... workoverdosis (Ma'af, kami memang suka asal sebut.)

Tidak jarang kita melihat pengusaha-pengusaha yang sepertinya selalu kekurangan waktu. Mereka seperti selalu dikejar hantu. Sepertinya, hidup mereka tak bisa lepas dari bisnis. Hingga sepertinya tak punya waktu untuk melakukan hal-hal lain. Dan beberapa seperti lainnya. Mau? Kasidaaaah...

  1. Apakah kau punya rasa percaya diri?

Kami terpaksa ikut menyebutnya sebagai pede abis alias self-confident.

Konon, rasa percaya diri ini dibutuhkan agar sang calon pengusaha tadi yakin dengan setiap langkah yang diambilnya. Sebab konon, jika sang pemimpin saja tidak yakin dengan yang dilakukannya, maka mana mungkin anak buahnya akan yakin dengan masa depan yang bisa diberikan oleh pemimpinnya.

  1. Mampukah kau hidup dalam serba ketidakpastian?

Kami menyebutnya sebagai jiwa petualang.

Yep, sebab menurut hemat kami, dunia bisnis itu sangat mirip dengan dunia petualangan. Begitu banyak kesenangan, ketegangan, persahabatan, persaingan, permusuhan, ketidakpercayaan, kelicikan, menggunting dalam lipatan, dan hal-hal yang seru serta mendebarkan lainnya.

Tidak seperti para pekerja yang hampir pasti dan selalu dibayar atas hasil kerja kerasnya, tidak jarang kita melihat para pebisnis yang malah dapat hutang atas banting tulangnya. Kasian mereka.

  1. Apakah kau suka melakukan sesuatu dari awal hingga akhir?

Kami menyebutnya sebagai konsisten.

Kenapa sifat konsisten dibutuhkan? Menurut hemat kami, mungkin karena bisnis itu membutuhkan jangka waktu yang lebih panjang. Untuk bisa melihat hasil atau keuntungannya, tidak sedikit jenis bisnis yang membutuhkan jangka waktu yang sangat lama.

  1. Apakah kau termasuk orang yang kreatif?

Kami menyebutnya kemampuan untuk mencari dan menemukan hal-hal yang baru.

Beruntunglah bagi mereka yang telah mendapatkan warisan berupa sifat ini dari kedua orang tuanya. Bagaimana dengan mereka yang tidak? Menurut hemat kami, kreatif itu adalah sifat. Dan seperti sifat-sifat lainnya, berarti dia sudah ada pada diri setiap manusia. Dia selalu menunggu untuk dibangkitkan.

  1. Apakah kau orang yang kompetitif?

Kami menyebutnya sebagai sifat sportif.

Menurut hemat kami (masih ingat bahwa kami sangat suka berhemat?), saat ini hampir tidak ada satupun lahan bisnis yang tidak memiliki persaingan. Tapi, jika ternyata kamu masih ingin mencari lahan bisnis yang tak akan pernah ada saingannya, maka bersiaplah untuk menghabiskan umur mu hanya untuk mencarinya.

  1. Apakah kau punya kemauan dan disiplin diri yang kuat?

Kami tidak menyebutnya sebagai keras kepala, melainkan keteguhan dan keyakinan.

Konon, dalam dunia bisnis, tidak sedikit godaan dan cobaan yang akan dihadapi. Karena itu, selain rasa percaya diri, kemauan yang kuat serta kemampuan mendisiplinkan diri sendiri akan sangat dibutuhkan agar bisa tetap bertahan.

  1. Apakah kau seorang yang individualistik? Atau lebih menyukai status quo?

Kami menyebutnya sebagai berani tampil beda.

Bersiaplah untuk di cap sebagai penganggur, luntang-lantung, pemimpi, pecundang, atau bahkan orang aneh. Terutama jika bisnis yang kau jalankan masih terbilang baru, dan belum jelas hasilnya. Tidak sedikit pula orang yang beranggapan pebisnis itu lebih rendah derajatnya daripada pegawai atau profesional.

  1. Mampukah kau hidup tanpa struktur?

Kami berasumsi bahwa ini masih ada hubungannya dengan individualisme diatas. Tidak seperti pegawai, pekerja, atau profesional yang memiliki kedudukan dan struktur yang jelas dimasyarakat, seorang pebisnis harus mampu hidup terpisah diluar struktur.

  1. Apakah kau memiliki skill untuk berbisnis?

Kami serahkan jawaban ini kepada masing-masing pihak yang ikut terlibat.

  1. Apakah kau cukup flexible untuk mampu merubah arah saat benar-benar dibutuhkan?

Menurut kami, kemampuan ini dibutuhkan untuk menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Contohnya saat dunia mengalami krisis ekonomi global seperti saat ini. Masih menurut kami, selalu mempersiapkan rencana cadangan, mungkin termasuk dalam sifat ini.

  1. Apakah kau memiliki pengalaman dalam bisnis yang akan kau terjuni?

Konon, dan bukan hanya menurut kami, pengalaman mengenai bisnis yang akan dilakoni, akan sangat membantu saat mulai menjalankannya sendiri. Pengalaman itu bisa di dapat dengan cara bekerja pada orang yang bergerak pada bisnis yang ingin dijalani.

  1. Apakah kau berkompetensi untuk melakukan bermacam pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis mu? Misalnya urusan planning, organizing, accounting, marketing, customerizing, etc?

Menurut kami, kemampuan ini terutama dibutuhkan oleh mereka yang belum memiliki modal yang cukup untuk mempekerjakan orang lain. Sebagai pemain tunggal, pebisnis tersebut akan dituntut untuk memiliki semua skill yang dibutuhkan.

  1. Apakah kau benar-benar mau mencari, membujuk, merayu, dan mengejar calon konsumen?

Kami tidak menyebutnya sebagai tebal muka, dasa muka, cari muka, muka badak, muka tembok, muka dua, dan muka-muka lainnya. Kami lebih memilih untuk menyebutnya sebagai kegigihan. Kegigihan dalam meyakinkan calon konsumen.

  1. Seberapa besar kau mampu menghadapi tekanan?

Kami menyebutnya sebagai mental baja. Konon, dunia bisnis itu juga mirip dengan dunia artis. Sebab mereka punya motto yang mirip. Kalo artis punya motto "The Show Must Go On." Pebisnis punya motto, "The Business Must Go On."

Jadi begitulah. Baru inilah yang bisa kami persembahkan kepada mereka yang ingin tahu, apa benar dunia bisnis itu cocok dengan kepribadian dan keinginannya. Kami cuma bisa berharap, semoga tulisan ini bukan malah membuat mereka jadi lemah dan putus asa.

Masih semangat mempelajari dunia bisnis? Nantikan kabar-kabar terbaru dari kami selanjutnya!!!